Saturday, 14 November 2009

Chit and Chat -2

Senang bisa melihat aura baik dari Rara. Dia sudah pulih. Cepat memang. Ibu memang luar biasa. Tidak ada orang yang menyangsikan betapa susah dideskripsikan dengan kalimat bagaimana hubungan ibu dan anak dalam artian sebenarnya. Antara keduanya memiliki keterikatan yang luar biasa. Meski Ibu dan anak terpisah ribuan mil, perasaan seorang Ibu terhadap anak sangat -sangat peka. Hanya Ibu yang paling mengerti bagaimana menjaga buah hatinya. Selain Tuhan tentunya.

Kubereskan semua dokumenku. Semuanya berhubungan dengan angka. Tentu saja karena aku seorang akuntan. Aku menggilai angka sedari dulu. Beda dengan Rara, kemampuan verbal dan geometris dia jauh lebih baik dibanding aku. Dan kebalikannya kemampuan aritmatika dia sangat lemah. Mungkin itulah yang mengikat kami. Melengkapi. Satu lagi sahabatku yang sangat aku rindukan. Dea.

Dea sangat jago dalam logika. Sekarang dia berada di negara kangguru. Bekerja sekaligus menemani suaminya mengambil gelar master. Dea memang jauh lebih beruntung dibandingkan kami. Untuk masalah cinta, dia lebih dahulu memasuki bahtera rumah tangga. Dan semuanya berjalan lancar, semoga. Terakhir dua minggu yang lalu dia mengirimkan pesan melalui email. Dan ada foto bersama si kecilnya.

Monitorku masih menyala. Halaman browsernya menampilkan foto kami bertiga dengan seragam putih abu-abu. Foto jadul menurut bahasa Rara. Kupandangi lekat-lekat monitorku. Masih terekam jelas kejadian-kejadian semasa kami duduk di bangku sekolah menengah.

Kami menyebut diri sebagai segitiga. Dan seantero sekolah tahu sekali siapa itu segitiga, Dea, Ratu, dan Naily. Mengapa segitiga? Karena kami bertiga. Selainitu, segitiga merupakan geometri yang kokoh. Bahkan di ilmu sipil atau konstruksi , sambungan segitiga sangat direkomendasikan untuk menahan beban. Begitu juga kami. Mendukung satu sama lain. Hingga detik ini.

Terasa memang ketika Dea telah menikah dan tinggal sementara di Asutralia. Tapi teknologi menghilangkan batas dan keterbatasan. Segitiga masih kokoh, ya aku berharap seperti itu.

Kumatikan komputer, dan bergegas berjalan keluar dari ruang kerjaku. Aku harus bersiap karena akan berangkat keluar kota beberapa hari kedepan. Malam ini di kontrakan tanpa Rara. Tak apa, nanti akan kutelpon dia.

*

No comments:

Post a Comment