Saturday, 7 November 2009

Coffe Addicted-2

Tak terasa matahari perlahan meninggalkan bumi. Cahaya tak lagi seterang tadi. Lukisan senja jelas dihadapanku. Indah. Satu kata yang cukup mewakili terhadap apa yang tervisualisasi jelas dimataku.

Tumpukan dokumen yang tadi siang dititipkan Bosku sudah siap untuk dipresentasikan pada rapat besok. Rasanya aku seperti pelayan restoran siap saji dengan menu dokumen. Dalam kurun waktu kurang dari 3 jam, aku berhasil menyelesaikannya. Meski memang butuh pemanasan sedikit, karena pikiran ini sempat terusik oleh sms yang tak lagi penting untukku.

Tidak berlebihanlah ketika aku mengiyakan ajakan untuk bertemu dengannya sore ini. Bunyi smsku juga tidak berlebihan untuk mereply ajakannya. Dan lagipula aku akan ditemani Nana. Ini sudah memasukan caturwulan pertama saat dia memutuskan untuk tidak meneruskan rancangan kehidupan masa depan kami. Meski aku terlihat baik-baik saja dengan segala rutinitasku, sesekali ada juga perasaan sedih. Ya, sedih. Aku manusia biasa, Tuhan menciptakan berbagai rasa dalam hati ini. Dan saat aku merasa sendiri, sedihlah yang kupilih menemaniku.

Aku masih bermain-main dengan situs sosial networkku. Menunggu kabar dari Nana. Mmm, senang sekali masih bisa menemukan teman-teman kecilku. Facebook memang luar biasa. Kupandangi layar monitorku.

You Have 1 new friend requested
Click.

Hey, ini kan dia! Teman mainnku semasa kanak-kanak. Apa kabar dia?

Approved
Click.

Sekarang aku sedang membaca informasi yang dia tulis di halaman akunnya. Pikiranku dipenuhi banyak pertanyaan. Dimana dia sekarang? Bekerja dimana? Sudah menikah belum ya? Perasaan ingin tahuku semakin menjadi ketika terpampang He's Single. Omay! Eja belum menikah? Terus kuscroll mouseku membaca satu-persatu infonya.

Ow, dia sedang di luar negeri. Mmm, nampaknya dia kuliah lagi. Tidak bekerja. Sebaiknya aku mengirimkan pesan saja ke inboxnya.

Hey Ja...!
Apa kabar lo? Masih inget gue kan? Ratu!
Sekarang lo dimana? Kayanya abroad ya?
Reply my message ya.. nice to meet u on facebook!
Regards, Ratu.
Send!

Ting!

Ra, gue uda on the way, dikit lagi nyampe di loby kantor lo. Lo turun ya, gue tunggu di loby samping.

Nana, merusak konsentrasi naluri detektifku saja. Baru saja aku ingin melihat photo albumnya Eja. Terpaksa kulanjutkan dengan mobile net saja. Fuh, dan sekarang aku harus menemui laki-laki itu. semoga semua lancar Tuhan. Amin.

Aku mengatur emosiku mempersiapkan kali pertama bertemu setelah 4 bulan tidak berkomunikasi. Suara sepatuku memecah keheningan lorong menuju lift. Temponya masih stabil, sama dengan detak jantungku yang masih stabil.

*
"Oke, jadi kita langsung ke Coffe Addicted kan Ra?"
"Yap."
"Pak, kita ke mall yang gedung barat ya pak."
Nana memberi perintah pada sopir taksi.
Aku mengeluarkan handphone aku untuk meneruskan aktifitas berselancar di dunia maya.
"Ra, kesel gue. Tadi Azzam sempet reseh."
"Mmm, knapa?"
"Ya... nggak tahu juga tuh. Membahas soal tamu undangan. Dia kebanyakan maunya. Sementara kita kan kudu ngitung budget. Belum kolega bonyok kita masing-masing. Rempong kan bok?"
"Trus?"
"Gue bilang ma dia, jumlah undangan terbatas. Kita sortir deh teman-teman kita. "
Aku masih fokus dengan mobile net. Sementara Nana terus bercerita mengenai kekesalannya.
"Kesel deh gue pokoknya. Intinya gue belom bisa make sure nama-nama. Kapan ke tukang cetaknya kalo kaya g
ini. Molor-molor terus, bisa-bisa undangan telat jadinya."
Hening.
"Astaga Raraaaaaa! Gue daritadi meracau lo malah facebook-an ajah gitu?!"
"Hehehe..Sabar nona Nana. Belanda masih jauh. "
"Gila lo! 6 bulan itu waktu yang sebentar untuk nyiapin pernikahan! Lo belom ngerasain sih!"
Aku hanya tersenyum.
"Stres gue kalo kaya gini."
Kali ini aku tertawa, kencang dan terbahak-bahak.
"Rara!!!"
"Hahahaha,hehe, Iya?"
"Lo ngetawain gue?"
Aku menggeleng sambil menyodorkan handphoneku padanya. Nana diam. Matanya mencoba mencari tahu apa yang aku tunjukkan.
"Apa sih Ra?"
"Lihat yang bener dunk..."
Nana masih mencoba mencari tahu.
"Sumpah gue nggak ngerti maksud lo"
"Menurut lo ituh foto siapa?"
"Ha? Foto anak kecil ini?"
"Iya."
"Mana gue tau...! Eh, sumpah demi apa, jangan bilang ini elo!"
Aku tertawa.
"Yes..itu gue pas kecil!"
"Ampun! Serius lo Ra... Lo menggemaskan!"
"Hahahaha. Itu foto gue pas karnaval gitu. dan yang disebelah gue namanya Eja. Temen gue pas kecil. Dan lo tau, gue baru ajah approved dia di Face Book."
"Pantesan si Ratu ini daritadi sibuk ngadepin muka buku!"
Aku tertawa.
"Ini orangnya? Cakep Ra!"
Nana bertanya sambil melihat profil Eja melalu handphoneku.
"Ya. Itu Eja dewasa. Hahahhahaa."
Nana ikut tertawa, penuh makna.

Taksipun sudah memasuki loby mall yang kami tuju. Malam sudah menjemput hari. Coffe Addicted, tujuan utama kami di lantai 3.

*

No comments:

Post a Comment