Tuesday 10 November 2009

Enjoy My Jogja-1

Kali ini aku menoleh, dan memperhatikan wajahnya dengan seksama. Rasanya wajahnya memang familiar, namun memoriku tak jua berhasil mendeteksi siapa lelaki yang duduk disampingku ini. Selama 30 menit penerbangan aku memang tak memperhatikan sekelilingku. Bahkan sedari bandara. Aku asyik dengan pikiranku, bermain-main dengan lamunanku tak mempedulikan kanan kiriku, termasuk lelaki ini.

Aku masih diam, memandangnya, berusaha mengingat-ingat tentu saja. Belum ada satu kata yang berani kuucapkan. Apalagi untuk sok kenal. Moodku lagi tak bagus untuk bermah-ramah dengan orang.

"Mbak Ratu nggak inget saya ya?"
Aku menggeleng.
"Mmm..."
"Mbak, saya dulu pernah magang di tempat kerja mbak. Jaman masih fresh graduated gituh deh."
"Ow, iya ya? Aduh maap ya, yang magang kerja kan banyak. Nggak apal satu-satu. Maap ya...mmm" Aku ragu meneruskan karena tak tahu namanya.
"Putra, mbak. Saya Putra"
"Ow, maap ya Putra..."
"Enggak apa-apa mbak. lagian saya magang nggak lama. Cuma saya tahu ajah namanya mbak Ratu. Siapa sih yang nggak kenal mbak di kantor itu."
Aku hanya tersenyum.
"Lagi dalam rangka apa mbak ke Jogja?"
"Cuma pulang." Jawabku singkat. Karena tak mungkin aku berbohong lagi mengatakan ada kerabatku yang sakit. "Kamu?"
"Saya ada kerjaan mbak, motoin wedding gitu. Kebetulan pas prewednya saya juga yang moto."
"Wah, good deh."
Sedikit sensitif juga telingaku mendengar kata-kata prewedding atau wedding. Dan aku sedang dalam rangka menenangkan pikiran kacau balauku sejenak.
"Acaranya sih akhir minggu ini. Saya datang agak awal karena ingin hunting foto dulu mbak."
"Menarik."
"Iya, jogja terlalu eksotis untuk disia-siakan begitu saja oleh kamera saya."
Dia tertawa.
"Ya, kamu benar. Jogja memang sangat penuh dengan aura baik."
"Iya mbak. Oya, mbak Ratu mau ikut hunting?"
"Ha?"
"Iya, atau mbak mau jadi model?"
"Model?"
"Iya model, Saya lagi suka moto model nih. Saya sudah membayangkan mbak bisa saya poto di pelataran candi Ratu Boko."
Intonasinya menandakan dia tidak sedang berbasa-basi denganku. Difoto memang hobbyku. Tapi kalau difoto dengan kamera dan fotografer profesional, mana pernah?
"Mmm..."
"Mbak Ratu nggak nolak kan?"
Aku belum menjawab.
"Mbak Ratu lama kan di Jogja, nggak mungkin cuma pulang satu malam aja tho?"
"Iya sih, rencana sampai Minggu disini."
"Nah, pas banget tuh. Gimana kalau lusa kita ke Ratu Bokonya?"
Aku masih belum menjawab.
"Nggak usah khawatir mbak, saya yang traktir deh. Kan saya yang minta tolong. Nanti kita rame-rame dengan komunitas foto hunting. Dan akan ada beberapa model."
"O gitu?"
"Iya, gimana? Menyenangkan deh mbak, saya jamin."
"Menarik. Entar saya telpon kamu deh pas deket harinya. Mmm lusa kan?"
"Oke mbak. "
Dia tersenyum lebar menatapku seperti baru menemukan harta karun yang terpendam jutaan tahun lamanya.
"Ngomong-ngomong, Mbak Ratu kapan menikah? Nanti saya yang potoin deh."
'Dan yang kali ini lebih dari sekedar sensitif! Dia malah bertanya kapan gue menikah? Calonnya saja belum ada! Bahkan gue lagi anti dengan kata-kata menikah!'
Aku tersenyum kecut.
"Atau jangan-jangan mbak Ratu uda menikah?" Tanyanya usil.
Aku menggeleng.
"Ini kartu namaku mbak. Kalau ada temennya yang nikahan atau mbak sendiri yang mau nikah, kontak saja ya."
Aku mengangguk dan menerima selembar kartu namanya.

Putra Satya
Photographer
Mobile: 0811 112233
Email:putra.satya@wed-ding.com


::
Enjoy my Jogja


Nana, gue ke jogja. Already longing you.

Pesan singkat ini kuterima di handphoneku sejak sejam yang lalu. Nomer Rara tak juga bisa kuhubungi. Barangkali pesawatnya belum mendarat. Aku mencoba berpikiran positif. Semoga dia baik-baik saja. Tidak, dia pasti tidak baik-baik saja. Pasti tidak.

Aku berhadapan dengan meja dan setumpuk laporan keuangan yang menjerit minta segera diselesaikan. Namun pikiran ini sedang tidak bisa diajak bekerjasama. Aku memikirkan Rara. Undangan yang disampaikan langsung oleh Dimas cukup membuat Rara shock. Meski sudah tak bersama kurang lebih empat bulan, tetap saja Rara merasa kaget. Rasa yang dimilikinya terlalu besar untuk seorang Dimas. Lebih pantas untuk diberikan pada orang selain Dimas.

Dan sekarang dia lari ke Jogja. Ini bukan kebiasaannya. Meski jarak Jogja-Jakarta tidak seberapa Rara jarang sekali pulang bila tidak ada hal yang sangat-sangat penting. Mungkin dia butuh Ibu. Bercerita ke Ibu akan lebih menyenangkan. Lagipula aku akan ditugaskan ke Bangka untuk 4 hari ini. Hampir aku minta untuk digantikan, meski alasan yang kubuat-buat, demi untuk nemenein Rara di malam-malam kedepan.

Kucoba lagi untuk menghubungi handphone Rara.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan. Silahkan coba beberapa saat lagi.

Fyuh, belum juga aktif. Apa sampai dia kembali ke Jakarta baru bisa dihubungi? Atau dia ganti nomer untuk menghilang dari peredaran bumi? Ah tidak, Rara tak bermental secetek itu. Meski sedih, dia pasti kuat.

Drrttt drrrtt

Message Delivered
Ratu Pandria

Handphonenya sudah aktif. Aku nyaris berteriak kegirangan dan segera mencoba lagi menghubungi Rara.

Calling...
Ratu Pandria

'Angkat donk , Ra!!'
Aku resah menunggu jawaban telponnya. Nada tunggu ini membuat aku semakin gugup menunggu Rara mengangkat telponku. Rara tak menjawab. Sambungan sampai terputus, dan menelpon ulang secara otomatis. Aku masih berusaha dan bersabar mendengarkan nada tunggu terngiang-ngiang di telingaku.

"Halo!"
Suara Rara terdengar keras ditelingaku.
"Rara..Lo uda nyampe?"
"Ha?!"
Lagi-lagi suara Rara meninggi.
"Lo uda nyampe say?"
"Apaan Na? Kagak denger gue!"
Parah, bandara apa terminal bis sih ramai sekali diseberang sana.
"Ya udah gue sms ajah."
"Ha?!"
"GUE SMS AJA!"
Tut!
Handphone kumatikan.

Segera kuketikkan sms ke Rara.

Bok, lo ude nyampe kan? Buset ya itu bandara apa terminal bis sih cin? Curiga gue di Pulo Gadung ye? Enjoy your Jogja. Miss u! :-*

Message sent
Ratu Pandria

Aku sudah lega mendengar suaranya di seberang sana. Nadanya tak menandakan dia masih bersedih. Semoga aku tak salah.

Drrtt drrtt

1 Message received
Ratu Pandria

Sms lo br masuk yg td.gw d Bandara lah gila!! ok,I will!! muach muach!

*

No comments:

Post a Comment