Tuesday, 10 November 2009

Morning Blues-2

Seandainya hati ini bisa kutitipkan sejenak di langit nan biru ini. Mimpi yang berlebihankah kedengarannya? Kupandangi langit diluar sana. Bagaimana rasanya bersentuhan langsung dengan awan diluar itu ya? Indah rasanya bermain-main dengan awan. Atau adakah awan yang lucu yang bisa sedikit menghiburku, sejenak melupakan pikiran yang aku sendiri tak tahu apa namanya.

Semua tempat duduk terisi penuh. Bersyukur aku masih mendapatkan tiket idaman kali ini. Ini ide spontan dan ternekad yang pernah kulakoni untuk pulang ke Jogja. Menelpon HRD di kantor dengan ijin kerabat sakit di Jogja. Berangkat dari rumah kontrakan tergesa-gesa ke bandara. Mengantri di loket pembelian tiket. Segera melakukan cek-in, dan tak berlama-lama duduk di ruang tunggu karena penerbangan sudah siap menuju Jogja.

Penerbangan ini nyaman. Atau aku berusaha menyamankan diri? Yang jelas aku tak sabar sampai dirumah dan bertukar cerita dengan Ibu. Hanya satu alasan, ingin bertemu Ibu. Ingin berbagi cerita tentang perihku.

Langit di luar masih biru. Aku belum juga bisa tersenyum lepas sedari tadi malam. Mataku mulai mengantuk. Meski hanya membutuhkan waktu 50menit berada di langit, mata ini tak bisa berkompromi. Aku mulai memejamkan mata. Mengenyahkan rasa-rasa negatif dan memikirkan yang indah-indah tentang Jogja.
"Mbak, maaf."
Aku dikagetkan sebuah tepukan dari orang disebelahku.
"Ya?"
"Jam berapa ya?"
Jam tanganku menunjukkan pukul enam lebih tigapuluhlima menit.
"Jam 6.35, Mas."
"Terimakasih."
Aku berusaha tersenyum tanpa melihat wajahnya. Dan kembali memejamkan mata.
"Enngg, mbak."
Dia bersuara lagi. Cukup mengagetkanku.
"Ya."
"Mbak mau ke Jogja kan ya?"
Pertanyaan retoris. Pesawat ini jelas akan mendarat di kota Jogja kan?
"Ya."
Aku menjawab tanpa memandang wajahnya.
"Terimakasih, mbak."
Sekali lagi aku mencoba memejamkan mata meski kantukku sudah hilang.
"Emmm, mbak."
Apalagi ya orang ini? Aku mulai merasa terganggu.
"Ya."
"Mbak Ratu apa kabar?"
Ha?Dia memanggil namaku. Apa terdeteksi namaku dari raut atau aura kesedihanku? Atau orang ini keturunan Mama Laurent? Bisa baca pikiran? Atau dia memang mengenalku?

No comments:

Post a Comment