Saturday 21 November 2009

Impressive Ratu Boko-1

Nona Nana, Jakarta menunggumu sore ini bukan? Jangan lupa pesananku ya! Empek-empek spesial :)

Kukirimkan pesan singkat ke Nana. Udara pagi Jogja yang sangat dingin membuatku enggan segera meninggalkan kasur maupun keluar dari dalam selimut ini. Bila tak ingat punya janji dengan Putra aku memilih unuk bermalas-malasan seperti hari kemarin.

Kubuka jendela kamarku membiarkan udara dingin memenuhi ruangan kamarku. Suara kokok ayam di halaman belakang tetangga terdengar jelas. Mana pernah di Jakarta mendengar suara kokok ayam? Yang ada suara kendaraan lalu lalang ketika matahari mulai menampakkan diri.

*
"Hai, Putra... Masuk dulu.."
"Iya mbak Ratu."
Aku tersenyum dengan panggilan yang selalu diucapkan Putra padaku.
"Kamu sudah sarapan belom?"
"Sudah kok mbak."
"Yah, padahal aku pengen ngajakin makan nasi gudeg deket batas kota itu."
"Sarapan dua kali nggak papa kan?"
Aku tertawa mendengar jawabannya.
"Yok kita berangkat. Ibu, aku pamit..."

Ibu muncul dari dapur.
"Wah, katanya mau foto-foto ya Nak?"
"Iya bu, Mbak Ratu ini bakat modelnya terpendam, jadi saya mau bantu ngeluarin Bu"
"Yah Putra bisa aja.. nggak bu, ini cum aiseng-iseng berhadiah kok.."
Aku berkilah.
Ibu tersenyum "yo wis, ati-ati yo"

*
Kami meninggalkan rumahku menuju batas kota untuk mengganjal perut dengan nasi gudeg favoritku. Sepanjang perjalanan Putra banyak bercerita tentang aktivitas fotografinya. Dan aku selalu tertarik dnegan yang namanya fotografi. Meski tak pernah belajar khusus namun teman-teman banyak yang mengatakan aku punya sense ketika mengambil gambar meski hanya dengan kamera pocket biasa.

Perjalanan menuju batas kota melewati ruas jalan solo yang membelah kota jogja dari timur ke barat. Aku masih ingat ketika tahun 1998, sepanjang jalan besar ini tak menampilkan fasade seramah sekarang, melainkan suasana mencekam layaknya sedang terjadi perang besar.

Jalanan ini sangat tak berbentuk ketika itu. Lampu pengatur lalu lintas semua dalam keadaan rusak. Ban-ban yang dibakar memenuhi jalan. Toko-toko di sepanjang jalan ini pun turut menjadi korban. pecahan kaca dimana-mana. Masa reformasi saat itu sangat mencekam kota Jogja. Mahasiswa memenuhi jalan berunjuk rasa dan memenuhi sel-sel kantor polisi. Sungguh pemandangan mengerikan di kala itu.

Dan tak terasa kami sudah tiba di tempat langgananku menyantap sarapan nasi gudeg di daerah batas kota.

*
"Jadi ini karena dalam rangka kampanye UNESCO Put?"
"Iya, karena Candi Ratu Boko sudah masuk dalam otorita khusus pemerintah. Dan termasuk dalam daftar warisan dunia UNESCO mbak Ratu."
"Menarik banget. Lo kenapa baru cerita sekarang?"
"Ya ini juga cerita. Abis kemaren pas di pesawat kayanya mbak Ratu lagi nggak bagus moodnya buat diajakin cerita."
"Sok tahu deh lo."
Putra tertawa sambil menghabiskan sisa nasi gudeg di piringnya.
"Terus ini komunitas fotografernya berapa orang Put?"
"Emm mbak ratu liat aja sendiri ntar ya."
"Pakai rahasia-rahasiaan lo ah..."
"Banyak mbak. Gue juga nggak tahu deh."
Putra kembali tertawa
"Bentuk kampanyenya gimana, Put?"
"Jadi mbak nanti foto-foto ini bakal dipajang, dipamerin gitu. Pameran fotonya sekitar bulan depan. "
"Masih lama juga, kantor bisa ngeliput donk."
"Sangat bisa Mbak. Bisa kerjasama media partner juga deh."
Aku menghabiskan teh hangatku.
"Dan artinya, mbak Ratu berarti harus ke Jogja lagi bulan depan..."
"Bisa aja kamu.., Kalau difoto lagi sih mau..."
"Buat Mbak Ratu apa sih yang enggak..."
Kami tertawa nyaris membuat semua orang di warung nasi gudeg ini menoleh. Cukup menarik perhatian ternyata.
"Jangan panggil gue mbak donk Put."
"Lah jadi apa? Tante? Ntar mbak Ratu tersinggung."
"Reseh lo. Ratu aja atau Rara gituh"
"Baik Ratu Rara..."

*
Pemandangan deretan pegunungan selatan sudah terlihat di depan mata. Kami sudah bergerak menuju timur. Candi Ratu Boko terletak kira-kira 3 km di sebelah selatan dari komplek Candi Prambanan. Sekitar 18 km sebelah timur kota Jogja.

Masih lekat di ingatannku saat gempa mengguncang kota Jogja dan sekitar di tahun 2006. Sepanjang jalan raya yang tengah kulewati ini luluh lantah. Nyaris rata dengan tanah. Miris sekali mengingat ketiadaan kita ketika berhadapan dengan bukti kekuasaan Tuhan yang begitu Maha.

Lewat tiga tahun kondisi sepanjang jalan ini telah kembali normal. Aktivitas ekonomi sangat baik sekali. mengingat ini adalah jalan propinsi. yang menghubungkan kota Jogja dan Solo dan terus membentang ke arah timur untuk mencapai Kota Surabaya.

"Ra, lo ud pernah belum ke Ratu Boko ini?"
Putra bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
"Hehehe belum."
"Pantesan."
"Pantesan apa?"
"Kethok ndesone..."
"Hu sial lo ah..."
Putra tertawa lagi. Sedari tadi kami hanya tertawa dan bercerita. Membuatkan benar-benar bersemangat, tak lagi seperti dua hari yang lalu.
"Oke kalau gitu Putra, bisa anda jelaskan ke saya sejarah Candi Ratu Boko ini?"
"Dengan senang hati Ratu Rara..."
Aku tersenyum geli dan siap mendengarkan putra bercerita
"Diperkirakan candi ini dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra, yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Reruntuhan Keraton Ratu Boko ini ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790."
"Wah, bangsa penjajah?"
"Iya lah Ra. Bangsa kita kayanya belum ngeh sama peninggalan sejarah waktu dijajah."
"Terus-terus?"
"Terus, setelah seabad dari penemuan Van Boeckholtz, sekitar tahun 1890, FDK Bosch mengadakan riset arkeologis tentang peninggalan kepurbakalaan di selatan Candi Prambanan dalam laporannya yang dinamai Kraton Van Ratoe Boko.
"

"Keraton?"
"Iya keraton. Sampai sekarang sebenarnya masih belum ada fakta yang emnjelaskan dengan pasti sebenarnya fungsi Candi Ratu Boko ini apa. Para ahli masih sulit mengindentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau candi."
"Mmm begitu ya?"
"Tapi atribut yang ditemukan mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. "
"Terus kenapa namanya Boko ya?"
"Ratu Boko secara harafiah artinya adalah raja bangau. "
"mmm gituh."
"Lengkapnya untuk tata ruangnya tentang candi ratu boko, bisa Rtau rara lihat sendiri nanti."
Mobil kami memasuki kompleks candi yang menanjak ke atas. Ya letak kompleks candi Ratu boko terletak diatas bukit yang merupakan cabang dari pegunungan selatan Jogja.

*

No comments:

Post a Comment