Thursday 19 November 2009

Lovely Bangka-1

"Waduh! Telat dah gue!"
Aku memaki diri sendiri saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Tergesa menuju kamar mandi untuk membasuh diri. Begini kelemahanku ketika tidak bersama Rara di rumah kontrakan. Untung saja barang-barangku sudah siap semalam. Bila tidak, bisa repot pagi hari ini.

Secepat kilat aku bersiap setelah selesai mandi. Tak berlama-lama di kamar mandi jika waktu sedang tidak bersahabat denganku. Segera kukenakan setelan krem yang sudah kusiapkan semalam. Berdandan sekenanya, emmm ralat, tidak juga sih. Tetap dengan foundation, bedak, eye shadow, eyeliner, maskara, blush on, dan diakhiri dengan sapuan lipstik. Hanya saja kali ini tidak terlalu detail. Minimal aku tak tampak pucat.

Handphoneku berbunyi. Ini bukan saat yang tepat untuk menjawab telpon. Kubaca nama penelpon, omay...My Azzam calling.
"Yes dear..."
"Nana..kok baru diangkat sih?"
"Baru selesai mandi..."
"Wah, bugil donk?"
"Duh...Zam, lagi buru-buru nih nggak bisa bercanda..."
"Hehehe..."
Dia tertawa terkekh diseberang.
"AKu di depan sayang..."
"Ha?"
Aku berteriak kaget berlari mendekati jendela kamar. Diluar Azzam melambaikan tangannya dari dalam mobilnya.
"Ya ampunn...kamu pas banget deh. Aku tadi telat bangun...dan harus buru-buru sampai kantor. Ada yang kudu disiapkan sebelum berangkat ke Bangka nanti jam 1."
Aku tersenyum sambil meracau dan meneruskan aktifitasku, kali ini memasukan semua barang ke tas kerjaku.
"Makanya aku disini honey. Bukain pintunya aku bantu angkat kopernya."
"Sip."
Tut.

Kugeret koper kecilku menuju pintu depan. Handphone masih kugenggam erat bersamaan dengan menjinjing tas kerja. Tak lupa blazer hitam juga memenuhi tangan ini. Masih tergesa aku mendekati pintu rumah.

Kubuka pintuu dan Azzam sudah berdiri di hadapanku.
"Pagi honey.."
Aku langsung memeluknya dan disambutnya dengan mencium kedua pipiku. Ini kejutan pagi yang selalu saja ada dari seorang Azzam. Diluar dugaanku. Meski aku tipikal cewek mandiri, Azzam masih memperlakukanku istimewa di moment-moment tertentu.
"Ini kopernya?"
"Iya. Yuk, buruan, sudah jam 8."
"Yakin cuma bawa ini?"
"Aduh Azzam, aku kan cuma satu malam disana."
"oke, oke..."
Azzam paham aku sudah ingin segera meninggalkan rumah menuju kantor.
"Kamu sama Dira?" tanyaku.
"Iya lah, tu anak mo sama sapa lagi kalo nggak berangkat ma abangnya?"
Dira adalah adik Azzam. Kebetulan kantor kami bertiga berdekatan. Dan di bialngan kawasan three in one. Jadi tak perlu menggunakan joki untuk tiba di kantor melewati pemeriksaan polisi.

*
Tak lama kami sudah melaju menuju kantor kami dibilangan pusat Jakarta. Rabu pagi bersahabat. Jalan tidak terlalu macet, dan kurang dari 45 menit aku sudah berada di loby gedung kantorku.

"Hati-hati ya honey ntar."
"You too babe..."
Aku turun dari mobil setelah mencium pipi Azzam.
" Dah Dira...."
"Iya mbak, jangan lupa oleh-oleh ya..."
Dira masuk ke dalam mobil menggantikan aku duduk disamping Azzam.

Mobil Azzam pun berlalu dari pandanganku. Pagi yang luar biasa. Sudah lama aku tak berangkat bersama Azzam seperti pagi ini. Ada yang lain dari matanya. Dia menatapku penuh cinta. aku bisa merasakannya itu. Terimakasih Tuhan, perasaan kami bertambah besar satu sama lain menjelang hari pernikahan kami.

*

No comments:

Post a Comment